Senin, 16 Juni 2014

Tugas softskill

link video : http://www.youtube.com/watch?v=KxCrqXgIcUI&feature=youtu.be

PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….

 http://tersedot.blogspot.com/2012/10/kumpulan-puisi-karya-chairil-anwar.html

Selasa, 10 Juni 2014

Resensi buku kebudayaan Betawi


Lagi-lagi aku telat membaca sebuah novel yang menurut saya bagus. Novel tersebut ‘Kronik Betawi’ karya mbak Ratih Kumala *sok akrab :D*. Novel tersebut diterbitkan sejak tahun 2009 bahkan sebelum dibukukan, cerita tersebut merupakan cerita bersambung di sebuah harian nasional yaitu Republika periode Agustus – Desember 2008. Dan parahnya saya baru bertemu dan membaca novel tersebut akhir tahun 2011!! *telat sekali kau dian -__-
Sekilas ketika saya membaca sinopsis di sampul belakang novel ini, saya langsung tertarik. Saya memang menaruh perhatian lebih dalam novel-novel bertema budaya, karena hal itu membuat seolah-olah saya telah menjadi bagian dari budaya tersebut.
Okey kita langsung bercerita apa sebenarnya isi novel tersebut. Novel ‘Kronik Betawi’ menceritakan mengenai kehidupan tiga bersaudara asli kelahiran betawi. Ketiganya memiliki keluarga masing-masing dengan permasalahan masing-masing.
Ketiganya adalah, Haji Jaelani, Haji Jarkasi dan Juleha. Ketiganya mewakili permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat Betawi pada umumnya. Jaelani mewakili kalangan masyarakat yang tanahnya terkena gusuran. Padahal tanah tersebut merupakan tanah warisan dari babehnya (ayahnya). Adeknya yaitu Jarkasi mewakili golongan masyaakat yang memiliki mata pencahariaan pertunjukan Lenong. Akhirnya karena perkembangan zaman, pertunjukan lenongnya semakin sepi orderan. Selain sepi mereka pun hanya dibayar seadanya. Sementara adek mereka, perempuan satu-satunya, Juleha, mewakili golongan perempuan Betawi yang mengalami poligami. Juleha mewakili perempuan Betawi yang menolak adanya anggapan bahwa para suami yang menikah lagi itu merupakan sebuah tradisi.
Ada banyak hal yang saya ketahui setelah membaca novel ini. seperti misalnya Menteng yang sempat heboh pada saat pemilihan presiden AS, Barack Obama karena sempat tinggal di sana. Siapa sangka bahwa Menteng adalah nama buah, kemudian Bintaro adalah nama pohon. Baik menteng ataupun Bintaro, saya menyangsikan kedua tanaman tersebut masih ada di lokasi daerah tersebut. Kemudian nama daerah Kebon Jeruk, dulunya memang banyak tanaman jeruk.
Membaca novel tersebut seperti mengingatkan pada kenyataan seungguhnya. Misalnya saat anak tetangga Jarkasi yang bernama Togar lebih menyukai musik Rock ‘n roll dibandingkan gambang kromong yang biasa ia mainkan. Ini menggambakan apa yang terjadi saat ini dimana tradisi sendiri seperi gambang kromong mulai ditinggalkan anak muda negeri ini. Tidak hanya terjadi di betawi di daerah-daerah lain pun juga tidak jauh berbeda.
Meskipun begitu tetap ada generasi muda yang menyukai budayanya sendiri. Jika dalam novel tersebut diwakili oleh sosok anak Jarkasi yaitu Edah. Edah sangat menyukai dan pandai menari. Ia pun memiliki keinginan untuk menari ke luar negeri. Namun karena keinginannya tersebut hampir saja ia menjadi korban perdagangan wanita yang banyak diberitakan dan terjadi di negeri ini.
Novel tersebut diceritakan per tokoh, terkadang seluruh tokoh dipertemukan jadi satu dalam cerita salah satu tokoh. Membaca novel ini juga seperti belajar bahasa Betawi. Misalnya kata Gue, elu, masup, kesian, anaknye heheheh,
Kalau mau memperoleh novel tersebut, entahlah masih banyak ditemui di toko buku enggak ya, soalnya novel lama si. Kalau tidak ya mungkin bisa kontak penulisnya saja di sini. Yang jelas, novel ini menurut saya tetap relevan dibaca saat ini, masaah yang menjadi latar belakang novel tersebut juga masih banyak terjadi. Mungkin tidak hanya terjadi di betawi saja tetapi juga tempat-tempat lain di negeri ini